Syafruddin Syafruddin
Balai Penelitian Tanaman Serealia
Jalan Dr. Ratulangi, Kotak Pos 173, Maros 90514, Indonesia
Telp. (0411) 371529, Faks (0411) 371961 Indonesia
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung ialah dengan pemupukan sesuai kebutuhan tanaman dan kondisi lahan. Umumnya lahan pengembangan jagung di Indonesia defisiensi hara N sehingga diperlukan tambahan N melalui pemupukan. Manajemen pemupukan N dilakukan dengan memadukan takaran, waktu dan cara pemberian sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lahan. Takaran pupuk N untuk tanaman jagung hibrida dengan peluang hasil 9–13 t/ha adalah 160–260 kg N/ha untuk tanah dengan kadar C-organik rendah, 133–233 kg N/ha untuk tanah dengan kandungan C-organik sedang, dan 105–205 kg N/ha untuk tanah dengan kadar C-organik tinggi. Pupuk diberikan secara bertahap, yaitu setengah atau sepertiga dari takaran rekomendasi pada awal tanam (< 10 HST) dan sisanya pada 31–52 HST dengan dibenamkan di dalam tanah. Penggunaan pupuk N perlu mempertimbangkan faktor pembatas hara lainnya, terutama P dan K. Oleh karena itu, kecukupan dan keseimbangan pemupukan N, P, dan K sangat penting dalam meningkatkan efisiensi pupuk N. Apabila menggunakan pupuk Norganik atau rotasi tanaman jagung dengan kacang-kacangan, penentuan takaran pupuk N-anorganik perlu mempertimbangkan N dari pupuk organik atau rotasi tanaman. Pemupukan N dapat menyebabkan pencemaran udara akibat penguapan NH3, N2O, dan NO serta pencemaran air tanah akibat pencucian NO3. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, diperlukan manajemen pemupukan N yang komprehensif dan pemberian insentif bagi petani yang menggunakan pupuk N-organik, melakukan rotasi jagung dengan tanaman kacang-kacangan, atau tumpang sari jagung dengan kacang-kacangan.
Keywords
Jagung, pemupukan nitrogen, bahan organik, efisiensi penggunaan N